Kementerian Urusan Sipil China berada di bawah pengawasan karena gagal merilis data tentang jumlah kremasi yang terjadi di negara itu pada akhir tahun 2022. Kelalaian ini telah mengaburkan indikator penting yang dapat menjelaskan dampak gelombang COVID. -19 infeksi melanda bangsa selama waktu itu.

Pengecualian angka kremasi nasional dari laporan data baru-baru ini menyoroti kurangnya informasi komprehensif tentang kematian selama wabah massal COVID-19 China, yang dimulai setelah pencabutan mendadak kontrol pandemi yang ketat, menurut CNN.

Selama dekade terakhir, laporan triwulanan kementerian secara konsisten memasukkan jumlah kremasi tahunan dalam data triwulan keempat. Namun, ketiadaan data ini sekarang menunjukkan kurangnya transparansi seputar jumlah sebenarnya kematian terkait COVID-19 selama periode tersebut.

Para ahli percaya bahwa jumlah kematian resmi China secara signifikan meremehkan jumlah sebenarnya dari kematian terkait virus. Klaim pemerintah tentang “kemenangan besar dan menentukan” atas pandemi telah ditanggapi dengan skeptis, karena wabah tersebut membanjiri krematorium, membuat rumah sakit tegang, dan mengungkap kekurangan dalam respons pandemi negara.

Data kremasi memainkan peran penting dalam menentukan kematian berlebih dan memberikan informasi yang lebih akurat tentang jumlah korban virus. Yanzhong Huang, seorang rekan senior untuk kesehatan global di Dewan Hubungan Luar Negeri, mencatat bahwa membandingkan jumlah kremasi selama periode ini dengan tahun-tahun sebelumnya dapat memungkinkan para peneliti untuk memperkirakan kematian berlebih yang disebabkan oleh COVID-19.

Tidak adanya data ini menunjukkan bahwa jumlah kematian berlebih mungkin signifikan, menurut Huang.

Saat dimintai komentar, Kementerian Urusan Sipil tidak menanggapi permintaan CNN.

Sepanjang pandemi, China menghadapi kritik terkait transparansi datanya, termasuk cara menghitung kematian akibat COVID-19. Definisi awal negara yang sempit tentang kematian akibat COVID-19 menimbulkan kekhawatiran akan kurangnya perwakilan.

Meskipun China kemudian merevisi kriterianya, angka tersebut masih termasuk individu yang dites positif terkena virus dan meninggal di rumah sakit, tidak termasuk kematian di rumah atau di fasilitas kesehatan tingkat rendah tertentu.

Pengecualian data kremasi dan masalah transparansi data yang lebih luas menimbulkan keraguan tentang narasi resmi China mengenai keberhasilan tanggapan COVID-19 di tengah spekulasi tentang asal-usul virus.

Kurangnya informasi yang akurat bukan pertanda baik untuk rilis data penting di masa mendatang. Kredibilitas China telah dipertanyakan sebelumnya, dan penghilangan data penting menambah kekhawatiran seputar penanganan pandemi negara tersebut.

Masih belum pasti apakah China berencana untuk merilis data kremasi nasional di kemudian hari.

Diterbitkan oleh Medicaldaily.com