Sepertinya kabar baik sudah dekat bagi orang-orang tanpa gigi, karena obat ajaib sedang bekerja untuk pertumbuhan kembali gigi.
Jika uji klinis berjalan dengan baik, obat pertama yang memungkinkan orang menumbuhkan gigi baru akan tersedia pada tahun 2030.
Tim peneliti Jepang, yang berada di balik penemuan inovatif ini, akan memulai uji coba pada Juli 2024, lapor New York Post.
Obat baru ini dapat membantu merawat orang yang tidak memiliki gigi lengkap karena kondisi genetik seperti agenesis gigi. Agenesis gigi adalah suatu kondisi di mana seseorang dilahirkan tanpa sebagian giginya. Kondisi ini mempengaruhi antara 3% dan 10% dari populasi AS.
Ada tiga jenis agenesis gigi: anodontia, hypodontia, dan oligodontia. Orang dengan anodontia tidak mengembangkan gigi aslinya. Ketika seorang pasien kekurangan enam gigi atau lebih, kondisinya dikategorikan sebagai oligodontia dan ketika satu sampai enam gigi tidak ada, itu disebut hipodonsia. Penderita agenesis akan mengalami kesulitan mengunyah, menelan, dan berbicara sejak usia muda, bahkan dapat berdampak pada perkembangannya. Perawatan saat ini termasuk penggunaan gigi palsu dan implan gigi.
“Gagasan menumbuhkan gigi baru adalah impian setiap dokter gigi. Saya telah mengerjakan ini sejak saya menjadi mahasiswa pascasarjana. Saya yakin dapat mewujudkannya,” Katsu Takahashi, peneliti utama dan kepala kedokteran gigi dan departemen bedah mulut di Medical Research Institute Rumah Sakit Kitano di Jepang, kepada situs berita harian nasional The Mainichi.
Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa gen tertentu, ketika dihapus, akan menyebabkan tikus yang dimodifikasi secara genetik untuk menumbuhkan lebih sedikit gigi.
“Jumlah gigi bervariasi melalui mutasi satu gen saja. Jika kita menjadikan itu sebagai target penelitian kita, harus ada cara untuk mengubah jumlah gigi (yang dimiliki orang),” jelas Takahashi saat mengawali penelitian tersebut.
Para peneliti kemudian menemukan bahwa USAG-1, protein yang disintesis oleh gen tersebut membatasi pertumbuhan gigi dan dengan menghalangi protein tersebut, lebih banyak gigi akan tumbuh. Tim kemudian mengembangkan obat antibodi penawar yang dapat menghalangi fungsi protein.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2018, tim Takahashi berhasil menguji kemanjuran obat tersebut pada tikus dengan jumlah gigi bawaan yang sedikit.
Takahashi berharap obat baru setelah uji klinis yang diperlukan akan memberikan satu pilihan lagi kepada orang-orang yang tidak memiliki gigi lengkap.
“Bagaimanapun, kami berharap untuk melihat waktu ketika obat penumbuh kembali gigi menjadi pilihan ketiga selain gigi palsu dan implan,” katanya.
Setelah tes lebih lanjut, para peneliti berharap obat tersebut juga dapat digunakan di masa depan untuk mengobati tanda-tanda anodontia pada anak-anak dari usia 2 hingga 6 tahun. “Kami berharap dapat membuka jalan bagi penggunaan klinis obat tersebut,” tambahnya.
Diterbitkan oleh Medicaldaily.com